Minggu, 31 Maret 2013

Laporan Kartografi (Interpolasi Titik Kontur)



ACARA 4
INTERPOLASI TITIK KONTUR
DAN MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG

I.              Tujuan
Setelah melakukan praktikum acara ini, diharapkan:
a.              Mehasiswa memiliki pengetahuan tentang interpolasi titik kontur dan kemiringan lereng
b.             Mahasiswa dapat mengetahui cara menginterpolasikan titik kontur
c.              Mahasiswa mampu menghitung nilai miringnya lereng melalui garis kontur
II.           Alat dan Bahan
a.              Alat
1.             Kertas gambar
2.             Alat tulis menulis
b.             Bahan
1.             Peta RBI
III.        Prosedur Kerja
a.              Menyiapkan peta RBI atau peta Tematik
b.             Menginterpolasi titik kontur dengan memanfaatkan garis kontur
c.              Menghitung nilai interpolasi kontur dari langkah b di atas
d.             Memilih salah satu area kontur untung dihitung nilai kemiringan lerengnya dengan memanfaatkan garis kontur
e.              Menghitung nilai kemiringan lereng dengan memanfaatkan komponen peta






IV.        Kajian Teori
a.             Kontur
Kontur adalah garis hubung antara titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Garis yang dimaksud disini adalah garis khayal yang dibuat untuk menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama. Walaupun garis tersebut mengubungkan antara dua  titik,  namum bentuk dan  polanya  tidak  merupakan garis  patah-patah. Garis-garis tersebut dihaluskan (smoothing) untuk membuat kontur menjadi “luwes” atau tidak kaku. Hal ini diperbolehkan pada proses kartografi. Kontur ini dapat memberikan informasi relief, baik secara relative maupun absolute. Informasi relief secara relative ini diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis kontur secara rapat untuk daerah terjal, sedangkan untuk daerah yang landai dapat diperlihatkan dengan menggambarkan garis-garis tersebut secara renggang. Informasi relief secara absolute diperlihatkan dengan cara menuliskan nilai kontur yang merupakan ketinggian garis tersebut diatas suatu bidang acuan tertentu. Bidang acuan yang umum digunakan adalah bidang permukaan laut rata-rata. Interval kontur ini sama dengan beda tinggi antara kedua kontur. Interval kontur sangat bergantung kepada skala peta juga pada relief daerah permukaan.
Kontur mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah sebagai berikut:
1.             Kontur tidak mungkin bercabang
2.             Kontur selalu menutup bentuknya
3.             Interval kontur dimaksudkan sebagai beda harga antara dua kontur yang terdekat
4.             Daerah yang datar akan mempunyai kontur yang jarang
5.             Daerah yang terjal (curam) akan mempunyai kontur yang rapat
6.             Kontur tidak akan “masuk” dalam bangunan atau rumah tetapi mengikuti tepi dari bangunan tersebut
7.             Kontur yang melewati / memotong sungai  akan membentuk huruf V arah pangkalnya, arah naik
8.             Kontur yang melewati / memotong jalan yang turun akan membentuk huruf U menghadap ke arah naiknya jalan
Garis kontur ialah garis khayal yang digambarkan pada daerah yang menghubungkan semua titik yang ketinggiannya sama, di atas atau di bawah dataran tertentu. Konsep garis kontur tersebut dapat dengan mudah dipahami jika kita membayangkan sebuah kolam. Jika air benar-benar dalam keadaan tenang, tepi air akan berada pada ketinggian yang sama dengan sekeliling kolam, membentuk sebuah garis kontur. Jika air diturunkan 5 meter, tepi air akan membentuk garis kontur kedua. Penurunan ketinggian air selanjutnya akan menghasilkan garis kontur yang kontiniu dan tidak dapat bertemu atau berpotongan dengan garis kontur yang lain. Demikian juga garis kontur ridak dapat membelah atau tidak dapat bergabung dengan garis kontur yang lain, kecuali pada batu karang atau daerah yang mengajur. Tanda pasang surut yang dibuat oleh air laut ialah garis kontur dengan nilai nol meter (Irvine, 1995).
b.             Interpolasi Titik Kontur
Interpolasi adalah cara untuk menentukan nilai diantara dua nilai yang telah tertentu harganya. Interpolasi yang paling sederhana dan sering digunakan untuk membuat kontur adalah interpolasi linear. Kontur merupakan produk (hasil) dari interpolasi. Interpolasi kontur dapat diartikan  sebagai cara mendapatkan harga kontur yang diinginkan dimana titik-titik di lapangan tingginya tidak tepat sama dengan harga kontur.





c.              Kemiringan Lereng
Lereng adalah kenampakan permukaan alam disebabkan adanya beda tinggi apabila beda tinggi dua tempat tersebut di bandingkan dengan jarak lurus mendatar sehingga akan diperoleh besarnya kelerengan (clope).
Selain untuk mengetahui kemiringan lereng, identifikasi tentang garis kontur juga dapat untuk mengetahui bentuk lereng. Berdasarkan bentuknya, lereng dapat berbentuk seragam, cekung, ataupun cembung. Lereng dapat pula berbentuk tegak lurus atau tebing, sehingga bila digambarkan menunjukkan garis kontur yang saling berimpit.
Informasi kemiringan dan arah lereng sangat diperlukan bagi pengelolaan lahan. Parameter kelerengan juga digunakan untuk klasifikasi beberapa keperluan, misalnya untuk penentuan fungsi lindung dan budidaya. Jadi informasi ini sangat dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan termasuk pengelolaan hutan. Keterkaitan kelerengan lahan dengan parameter lain cukup dominan. Biasanya pada topografi yang berbeda, yang berarti kemiringan lerengnya berbeda, maka perkembangan tanahnya juga berbeda. Perbedaan perkembangan tanah juga berarti ada perbedaan karakteristiknya. Perkembangan tanah juga dipengaruhi oleh arah lereng, karena perbedaan arah lereng akan mempengaruhi kecepatan pelapukan batuan menjadi tanah. Dengan demikian maka kemiringan lereng biasanya mengandung konsekuensi perbedaan tekstur tanah, kondisi drainase, jenis tanaman dan kedalaman tanah.
Ada beberapa klasifikasi kemiringan lereng yang penggunaannya tergantung tujuan pada klasifikasi tersebut. Setiap departemen akan mempunyai klasifikasi sendiri sesuai tujuannya. Bila ditujukan untuk menentukan areal transmigrasi, misalnya, akan berbeda dengan klasifikasi yang ditujukan untuk ekstensifikasi pertanian. Untuk survei sumber daya lahan tingkat detil, informasi tambahan tentang lereng perlu dicatat, misalnya panjang lereng dan bentuk lereng.
Bentuk Lereng tergantung pada proses erosi juga gerakan tanah dan pelapukan. Lereng merupakan parameter topografi yang terbagi dalam dua bagian yaitu kemiringan lereng dan beda tinggi relatif,  dimana kedua bagian tersebut besar pengaruhnya terhadap penilaian suatu lahan kritis. Bila dimana suatu lahan yang lahan dapat merusak lahan secara fisik, kimia, dan biologi, sehingga akan membahayakan hidrologi produksi pertanian dan pemukiman.
Dalam mengukur kemiringan lereng dapat di lakukan dengan cara :
1.             Metode Blong (1972)
2.             Metode Wentworth
3.             Metode Lingkaran dan
4.             Menggunakan Kompas Geologi
Kelas kemiringan lereng antara lain:
1.             Kelas I     =     < 8%
2.             Kelas II    =     8 – 15%
3.             Kelas III  =     > 15 – 25%
4.             Kelas IV  =     > 25 – 45%
5.             Kelas V    =     > 45%










V.           Hasil dan Pembahasan
a.             Hasil
1.             Gambar Area Kotur





                                                                                 





Gambar Area Kontur


 
A – B    =   2,5 cm
A – C    =   1,1 cm
C – B     =   1,4 cm












2.             Menghitung Interpolasi Kontur dan Kemiringan Lereng
Interpolasi Kontur
1)             Jarak
A – B     =   2,5 cm
A – C     =   1,1 cm
C – B     =   1,4 cm
2)             Interval
 15 cm
3)             Nilai C
4)             Jarak Sebenarnya
Dik : Jarak di peta           =   2,5 cm
          Penyebut Dipeta    =   50000 cm




5)             Beda Tinggi
Dik : A     =   500
          B    =   300
6)             Kemiringan Lereng



















b.             Pembahasan
1.             Interpolasi Titik Kontur
a)             Menyiapkan Peta RBI atau Peta Tematik
Langkah awal yang kami lakukan sebagai praktikan yaitu terlebih dahulu menyiapkan peta RBI atau peta tematik yang akan di amati.
b)             Menginterpolasi Titik Kontur dan Menentukan Interval Kontur
Pada Tahap ini kami melakukan interpolasi kontur dengan memanfaatkan garis kontur. Tahap ini kami interpolasi kontur dari ketinggian 300 – 500. Sehingga kontur yang didapat memiliki interval kontur                  masing-masing 25 cm dengan skala 1 : 50000
Untuk menghitung interval kontur (Ci) dapat menggunakan rumus Ci = 1 / 2000 x Penyebut skala (Ps). Sehingga dapat di ketahui interval kontur ini dengan memasukan rumus tersebut terhadap data yang di peroleh dari peta RBI tersebut yaitu yang berskala 1: 50000.
c)             Menghitung Nilai Interpolasi Kontur
Interpolasi adalah mencari nilai titik yang belum diketahui nilainya, dalam melakukan tahap ini kita butuh data yang akan di hitung, misalnya data pada hasil di atas. Untuk mendapatkan data tersebut tahap pertama kami harus mencari garis kontur yang ada di peta sebanyak 2 dan harus berdekatan, setelah itu kami lihat ketiggianya yang menjadi titik A dan titik B, dan titik yang belum di ketahui nilainya kami simbolkan dengan C agar lebih memudahkan dalam melakukan perhitungan. Setelah                di dapat garis kontur dan titik ketinggiannya maka kami tentukan jarak titik A sampai titik B.
Cara menentukan jarak A - B yaitu menghitung jarak  antara garis kontur A dengan garis kontur B dengan menggunakan  penggaris atau mistar. setelah didapat hasilnya kemudian di catat. Sehingga hasil yang kami dapatkan jarak di peta tempat A - B yaitu 2,5. Kemudian menghitung jarak A – C dan C – B masing-masing didapat nilai A – C = 1,1 cm dan C – B = 1,4 cm.
Setalah selesai menentukan jarak di peta barulah kami mencari interpolasi kontur dengan langkah berikut. Sebelumnya menginterpolasi kontur terlebih dahulu kami mencari nilai I, karena I nilainya belum diketahui. Dengan menggunakan rumus yaitu, I = jarak C – B dibagi jarak             A – B dikali dengan Ci atau kontur interval. Dengan menggunakan rumus tersebur didapatlah I = 15 cm. Dan yang terakhir yaitu mencari Interpolasi Kontur atau mencari nilai titik yang belum diketahui nilainya yang diberi simbol C. Dalam menentukan nilai C sangat mudah apabila nilai I sudah diketahui yaitu dengan menggunakan rumus C = B + I seperti pada hasil dapat kita lihat dengan menggunakan rumus tersebut didapat hasil 315 mdpl.
d)            Jarak Sebenarnya
Dalam menentukan jarak sebenarnya dapat kita cari apabila jarak di peta dan skalanya jelas. Dalam mencari jarak sebenarnya dapat menggunakan rumus Jarak di Peta dikali penyebut skala. Dalam tahap ini jarak di peta kami dapatkn nilainya adalah 2,5 cm dan penyebut skala adalah 50000 dari skala peta 1 : 50000. Sehingga didapat hasilnya yaitu 125.000 cm. kemudian diubah ke dalam satuan meter menjadi 1.250 m. Jadi jarak sebenarnya di lapangan adalah 1.250 mdpl.

2.             Kemiringan Lereng
a)             Menghitung Beda Tinggi A – B
Pada tahap ini kami mencari beda tinggi tempat dari A ke B, ini di lakukan untuk mengetahui jarak atau tinggi tempat dari A ke B berapa. Untuk menentukan tinggi tempat A – B tersebut caranya mudah, yaitu hanya mengetahui tinggi antara ke dua tempat tersebut maka akan di ketahui perbedaan tingginya. Tinggi tempat A yaitu 500 mdpl dan tinggi tempat B yaitu 300 mdpl. Jadi perbedaan tinggi dari tempat A – B adalah 200 mdpl. Hasil ini di dapatkan dengan cara mengurangi tinggi tempat A dengan tinggi tempat B yaitu 500 - 300 = 200 mdpl. Sehingga dapat di ketahui bahwa beda tinggi antara tempat A – B adalah 200 mdpl.
b)             Menghitung Kemiringan Lereng
Untuk menghitung kemiringan lereng ada dua prosedur yang dapat dilakukan yaitu dengan mencari kemiringan lereng dalam Persen (%) dan dalam               Derajat (°).
Untuk menghitung kemiringan lereng ini kami menggunakan rumus dalam bentuk persen (%) yaitu  Beda tinggi dibagi jarak sebenarnya dikali seratus persen. Sehingga hasilnya dapat di dapat dengan memasukan data terhadap rumus tersebut yaitu beda tinggi adalah 200 dan jarak sebenarnya adalah 1250. Beda tinggi di dapatkan dari hasil mencari tinggi tempat antara A dan B, sedangkan jarak sebenarnya di dapatkan dari hasil menentukan jarak di medan tempat A – B. Karena ini menghitung beda tinggi dalam persen, maka dari hasil tersebut dikali dengan seratus persen. Sehingga hasilnya adalah 16 % atau dalam kelas kemiringan masuk kelas III.
VI.        Kesimpulan dan Saran
a.             Kesimpulan
Dari pembahasan dan hasil pengamatan di atas dapat                         di simpulkan bahwa, semakin besar nilai suatu titik kontur antara satu sama lain, maka akan semakin besar pula interval atau interpolasi kontur suatu tempat tersebut. Dengan mengetahui nilai suatu tempat dari tempat A – B maka akan di ketahui pula beda tinggi antara kedua tempat tersebut.
b.             Saran
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari masih banyak kesalahan. Untuk itu bagi para pembaca untuk memberikan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan pembuatan laporan yang selanjutnya. Semoga laporan yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi seluruh Mahasiswa khususnya Mahasiswa dari Jurusan Geografi.


Daftar Pustaka

Sune, Nawir. 2012. Modul Praktikum Kartografi: Prodi Geografi. Jurusan Fisika. Universitas Negeri Gorontalo.
Anonim. 2012. Kemiringan Lereng. http://1d.shvoong.com/society–and-news/ environment/ 2173206-kemiringan-lereng/. Diakses Tanggal 6 November 2012.
Anonim. 2012. Garis Kontur, Sifat, dan Interpolasinya. http://www.crayonpedia. Org / mw / Garis_Kontur,_Sifat_dan_Interpolasinya._Iskandar. Diakses Tanggal 6 November 2012.
Anonim. 2012. Interpolasi Titik Kontur. http://Community. gunadarma.ac.id/ blog/ view/id_1335/title_kontur_dalam_ilmu_ukur_tanah/. Diakses Tanggal 7 November 2012