Selasa, 02 April 2013

Laporan Oceanografi



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen meliputi tanah dan pasir, berifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir dan pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa bahan-bahan tersuspensi (Effendi, 2000). Sedimentasi pada dasarnya merupakan kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertical maupun secara horizontal. Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun (Garrison 2005, dalam Rianto 2010).
Seluruh permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang berjuta-juta tahun. Secara relatif ketebalan lapisan sedimen yang terdapat di banyak bagian lautan, mempunyai variasi kedalaman yang berbeda-beda dari sekitar 600 meter di lautan Pasifik, antara 500 meter sampai 1000 meter di lautan Atlantik, 4000 meter di lautan Arktik dan 9000 meter Puerto Rico Trench.
1.2.       Tujuan
Untuk mengetahui kecepatan angin, arah angin, dan suhu udara harian di pantai Botutonuo.
1.3.       Manfaat
Untuk referensi dalam pembuatan laporan yang berikutnya. Untuk tambahan bahan bacaan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa dari jurusan Geografi


BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI

2.1         Kajian Teori
Sedimentasi adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen meliputi tanah dan pasir, berifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau banjir dan pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa bahan-bahan tersuspensi (Effendi, 2000). Sedimentasi pada dasarnya merupakan kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertical maupun secara horizontal. Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun (Garrison 2005, dalam Rianto 2010).
Seluruh Permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah diendapkansecara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun.  Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel yang berasal dari hasil hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dari organism laut.  Tidaklah heran jika ukuran partikel-partikel ini sangat ditentukan  oleh sifat-sifat fisiknya dan akibatnya sedimen yang terdapat pada berbagai tempat mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu dengan lainnya. Ukuran partikel merupakan suatu jalan yang mudah untuk dipakai mengklasifikasikan sedimen. Jenis-Jenis Sedimen adalah :
2.2.1   Sedimen Lithogenous
Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat.  Hal ini terjadi karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh adanya proses pemanasan dan pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang pasir, oleh karena adanya embun-embun es di musim dingin, atau oleh karena adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terjdi                     di dalam air hujan atau air tanah terhadap permukaan batu. Sedimen yang berasal dari pengikisan batuan ini kemudian diangkut oleh sungai-sungai dan masuk ke dalam lautan.
2.2.2   Sedimen Biogenous
Sisa-sisa rangka dari organism hidup yang membentuk endapan partikel-partikel halus yang dinamakan “Ooze” yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yng letaknya jauh pantai. Sedimen ini digolongkan dalam dua tipe utama yaitu Calcareous dan Siliceous Ooze,  di mana hal ini tergantung pada jenis organism dan dari mana asalnya serta macam bahan yang telah bergabung ke dalam kulit atau rangkanya.
2.2.3   Sedimen Hydrogenous
Sedimen ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut, sebagai contoh Manganese Nodules (bungkahan-bungkahan mangan) berasala dari besi dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing.
2.2.4   Arus-Arus Turbidity
Lapisan sedimen yang terbentuk sebagai akibat adanya arus turbidity. Partikel-partikel yang berukuran besar diendapkan pada lapisan bagian bawah, sedangkan yang berukuran kecil diendapkan pada lapisan bagian atas.
2.2         Metodologi
2.2.1   Alat dan Bahan
a.             Buku catatan
b.             Buku materi oseanografi
c.             Polpen atau pensil
d.            GPS
e.             Kamera

2.2.2   Cara Kerja
a.             Melakukan pencarian bukti sedimen-sedimen tersebut di lokasi studi lapangan
b.             Membuat dokumentasi ilmiah terhadap jenis sedimen yang ditemui
c.             Memetakan distribusi jenis sedimen yang ditemukan dengan  memperhatikan kondisi tempat yang ditemui


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1         Hasil








 








          Gambar 1.1 Batuan Lithogenous         Gambar 1.2 Batuan Lithogenous







 







                  Gambar 1.3 Biogenous                         Gambar 1.4 Biogenous










3.2         Pembahasan
Pada hari minggu tanggal 13 Januari 2013 kami mahasiswa geografi D angkatan 2010 turun lapangan untuk melakukan praktikum mengenai sedimen yang bertempat Desa Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo. Dengan titik koordinat               N : 00026’50,8” dan E : 123007’34,0”.
Tujuan diadakannya praktikum mengenai sedimen ini adalah untuk mengetahui dan mengamati secara langsung mengenai sedimen yang ada di daerah wisata Botutonuo. Karena teori tadak akan bisa meyakinkan kebenaran mengenai sedimen tanpa ada pengamatan langsung yang dilakukan. Jadi, dengan diadakannya pengamatan ini akan menambah keyakinan mahasiswa mengenai sedimen tersebut.
Secara umum sedimen cenderung didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, tetapi  mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda. Sebagai contoh sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi oleh jenis partikel-partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen halus, sedangkan hampir semua pantai-pantai dututupi oleh  jenis partikel-partikel yang berukuran besar yang tersiri dari sedimen kasar.
Sedimen terutama  terutama partikal-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batuan-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa rangka-rangka dariorganisme laut. Tidaklah mengherankan jikalau partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat pada pelbagai tempat di dunia mempunyai sifat yang sangat berbeda-beda (Hutabarat S. dan Evan S.M, 2008: 44) .




 








Gambar 1.1 Batuan Lithogenous
Pengamatan yang pertama dilakukan adalah mengamati mengenai sedimen lithogenous. Sedimen lithogenous yang yang tampak pada gambar di samping merupakan sedimen yang diambail dari bibir pantai dengan jarak 1 meter dengan kedalaman 25 cm dari permukaan air. Sedimen ini berupa batuan-batuan kecil yang teksturnya terpisah-pisah. Batuan-batuan ini biasa disebut pasir karena sudah bercampur dengan cangkang-cangkang kerang dan sedikit butiran kesil lainnya.
Pada umumnya sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batuan-batuan yang terjadi di darat. Hal ini dapat terjadi oleh karena adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh karena adanya proses pemanasan dan pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi secara berulang-ulang.










 







Gambar 1.2 Batuan Lithogeneus
Sedimen lithogenous yang tampak pada gambar di atas merupakan sedimen yang di ambil dari pinggiran 10 cm pantai dari batas air pasang dan kedalaman 30 cm dari permukaan air. Sedimen ini memiliki perbedaan dengan sedimen yang berada pada kedalaman 40 cm dari permukaan air, dimana bentuk pasirnya tidak terlalu jelas namun bisa dirasakan dengan indra perasa karena bercampur dengan sedikit lumpur, lumut dan sementara sedimen lithogenous yang berada pada ke dalaman 40 cm memiliki tekstur yang sangat kasar karena berbentuk pasir dan butiran-birannya sangat jelas.


 






Gambar 1.3 Batuan Biogeneus
Hasil pengamatan yang dilakukan di daerah wisata Botutonuo pada kedalaman 30 cm  dari permukaan air dan jarak 10 meter dari tepian air pasang menunjukan adanya sedimen biogenous, dimana sedimen ini didapatkan dari hasil fosil dan terumbu karang. Sedimen ini memiliki tekstur yang berbeda dengan sedimen lithogenous.
Secara umum sedimen biogenous merupakan sisa-sisa rangka dari organsme hidup yang membentuk endapan partiel-partikel halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang letaknya jauh dari pantai (Hutabarat M, 2008: 48).


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1         Kesimpulan
Dari hasil pembahasan mengenai batuan sedimen di atas, dapat                    di tarik kesimpulan bahwa batuan sedimen di bagi atas dua yaitu batuan lithogenous dan batuan biogenous. Ke dua batuan tersebut memiliki tekstur yang berbeda, di mana batuan lithogenous yang hanya di ambil dari pinggiran pantai dan memiliki tekstur berpasir dan terpisah karena masih memiliki sisa– sisa cangkang. Sedangkan batuan biogenous adalah batuan yang di ambil dari sisa fosil dan terumbun karang.
4.2         Saran
Dengan berakhirnya perktikum Oseanografi  hingga terselesaikannya laporan ini, maka kami menyarankan bagi siapa saja yang membaca laporan ini agar menjadikanya sebuah referensi baru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar antara mahasiswa dan dosen. Dan disini kami mohon kritikan dari siapapun saja untuk kesempurnaan laporan ini.





BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Iklim tergantung pada hubungan yang kompleks yang terjadi antra keadaan daratan, lautan dan atmosfer. Daratan tidak memiliki kapasitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan panas.  Akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada lautan.  Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin dripada lautan pada waktu tidak ada insolation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi).  Akibatnya terdapat perbedaan suhu yang amat besar antara lautan dan daratan.
Perpindahan Panas terjadi antara udara dengan lautan atau tanah yang ada di bawahnya akan dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-daerah sekitarnya. Akibatnya menimbulkan tekanan udara yang berbeda, yang menimbulkan adanya angin.
Walaupun jumlah air yang terdapat di dalam atmosfer relative kecil, tapi sangat penting artinya sebagai dasar terbentuknya hujan.  Hilangnya air dari lautan oleh karena besarnya penguapan yang kemudian masuk ke dalam atmosfer selalu terjadi secara seimbang dengan besarnya curah hujan melalui suatu proses yang dikenal dengan hidrologic cycle.  Namun kadang-kadang juga terdapat perbedaan yang begitu besar antara penguapan dan curah hujan yang terjadi di beberapa tempat,  sehingga mengakibatkan penguapan menjadi tidak seimbang.
1.2.       Tujuan
Untuk mengetahui kecepatan angin yang terdapat di pantai Botutonuo dan untuk mengetahui suhu udara harian di pantai Botutonuo.
1.3.       Manfaat
Untuk menambah wawasan tentang cara mengukur kecepatan angin dan dapat mengetahui tentang kecepatan angin rata-rata di pantai Botutonuo yang kami jadikan tempat observasi.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI

2.1         Kajian Teori
Iklim tergantung kepada hubungan yang kompleks yang terjadi antara keadaan di daratan, lautan, dan atmosfer. Tiga faktor utamayang mempengaruhi iklim, yaitu: suhu, curah hujan, dan angin.
2.1.1             Suhu dan Perpindahan Panas
Daratan tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi matahari daripada lautan. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula mendingin dari pada lautan pada waktu tidak ada insolation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi). Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Suhu di lautan kemungkinan berkisar antara -1.87 oC (titik beku air laut) di daerah kutub sampai maksimum sekitar 42 oC di daerah perairan dangkal. Sedangkan kisaran suhu di daerah daratan yang pernah dimonitor adalah yang paling rendah -68 oC di Siberia pada tahun 1892 dan yang paling tinggi 58 oC di Libya pada tahun 1922.
2.1.2             Curah Hujan dan Siklus Air
Sebagian besar air (97,3 %) yang terdapat di permukaan bumi berasal dari lautan di seluruh dunia. Sisanya yang berjumlah 2,7 % berasal dari daerah daratan, berupa gunung-gunung es di daerah kutub, mata air yang berada di bawah permukaan tanah dan yang berasal dari danau dan sungai. Sedangkan yang berasal dari atmosfer yang berbentuk sebagai uap air berjumlah sangat kecil yaitu kira-kira sebesar 0,01 % dari seluruh air yang terdapat                  di bumi.

2.1.3             Tekanan Udara dan Angin
Angin disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan hasil dari pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat yang berbeda             di permukaan bumi. Keadaan ini mengakibatkan naiknya sejumlah besar massa udara yang ditandai dengan timbulnya sifat khusus yaitu terdapatnya tekanan udara yang tinggi dan rendah.
Seluruh permukaan bumi dapat dibagi menjadi beberapa daerah utama yang mempunyai tekanan rendah dan tinggi yang tergantung pada letak lintang. Hal ini yang menyebabkan timbulnya tiga sistem angin utama pada setiap hemister. Mereka terdiri dari:
a.             Angin yang terletak pada lintang antara 0o dan 30o yang dikenal sebagai Trade Winds. Angin bertiup dari arah Timur ke Barat.
b.             Angin yang terletak pada lintang antara 30o dan 60o yang bertiup dari arah Barat ke Timur.
c.             Angin yang terletak di daerah kutub (antara 60o sampai             ke kutub) yang umumnya bertiup dari arah Timur ke Barat.
2.2         Metodologi
2.2.1             Alat dan Bahan
a.             Anemometer
b.             Altimeter
c.             Termometer Infrared
d.            Alat tulis menulis
e.             Kamera
f.              GPS




2.2.2             Cara Kerja
a.             Mengukur dan mencatat kecepatan angin dan arah angin yang terdapat dilokasi observasi
b.             Mengukur dan mencatat ketinggian lokasi
c.             Mengukur dan mencatat data koordinat lokasi observasi
d.            Membuat deskripsi iklim cuaca di lokasi observasi pada pukul 09.00 wita, 13.00 wita, dan 15.00 wita
e.             Mengukur suhu udara harian dan menghitung suhu rata-rata harian.


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.       Hasil
Tabel 1.1 Lautan dan Iklim
WAKTU
KECEPATAN
ANGIN
ARAH ANGIN
KETINGGIAN
KOORDINAT
SUHU AIR
LAUT
SUHU UDARA
09.00
0,2 m/s
Laut
2 mdpl
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
t1 = 41
t2 = 41,2
t3 = 41,2
t1 = 38
t2 = 39
t3 = 39
13.00
0,9 m/s
Laut
2 mdpl
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
t1 = 30,2
t2 = 30,8
t3 = 31,2
t1 = 27,6
t2 = 30,2
t3 = 28,0
15.00
0,8 m/s
Laut
2 mdpl
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
t1 = 30,4
t2 = 30,6
t3 = 30,6
t1 = 28,4
t2 = 29,2
t3 = 28,2

3.2.       Pembahasan
Kenyataan adanya perbedaan iklim yang begitu besar di berbagai tempat di dunia memberi pengaruh yang luas terhadap kemampuan manusia untuk menduduki dan mengelolah bumi ini sebagai suatu tempat yang cocok untuk dapat ditinggali. Sebagai contoh iklim yang dingin dan ganas                   di daerah-daerah kutub tidak cocok untuk dipakai sebagai daerah tanah pertanian, sehingga daerah ini hanya dapat didiami manusia dalam jumlah populasi yang sangat terbatas. Hal yang serupa dapat dijumpai pula pada daerah padang pasir yang luas yang kemungkinan besar subur yang terletak di benua Afrika, Asia, Australia, di mana di daerah ini tidak dapat ditanami semata-mata karena di sisni tidk terdapat curah hujan yang cukup.
Angin juga merupakan suatu factor yang penting yang dapat mempengaruhi iklim. Para nelayan tradisional masih tergantung kepada angin dalam membantu menggerakan perahu-perahu mereka. Pada waktu yang bersamaan meraka kadang-kadang juga harus waspada, karena angin bisa juga menimbulkan suatu bencana berupa badai yang dapat menghancurkan peralatan atau bahkan menenggelamkan perahu mereka.
Iklim tergantung pada hubungan yang kompleks yang tejadi antara keadaan di daratan, lautan dan atmosfer (Hutabarat S. 2008: 66).
3.2.1   Mengukur Kecepatan Angin







Gambar 1.4 Anemometer
Cara mengukur kecepatan angin adalah dengan menggunakan Anemometer. Alat ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk digunakan sebagai pengukur kecepatan angin. Pada layar terlihat angka yang menunjukan berapa kecepatan angin. Kemudia terdapat terdapat tombol dimana pengguna bisa menggunakan satuan apa yang diingikan oleh pengguna itu sendiri. Cara menggunakan alat ini adalah yang pertama menggerakan tombol bagian kiri atas ke arah “On”, dan mengangkat kipas ke atas agar bisa meniup kipas yang ada di dalamnya. Semakain kencang angin yang bertiup, semakin tinggi pula angka yang akan ditinjukan pada layar anemometer. Setelah terbaca kecepatan angin kemudian tombol tadi degerakan pada bagia “Hold”. Hal ini untuk mempermudah pembacaan angka yang ada pada layar anemometer tersebut. Ketika anemometer berada pada Hold, maka angka akan berhenti walaupun angin bertiup menggerakan kipas anemometer tersebut. Apabila anemometer tidak pada posisi Hold, maka pengguna akan merasa sangat kesulitan untuk membaca angka yang ada pada layar karena angkanya terus berubah nmengikuti kecepatan angin.
Pada pengukuran ini di lakukan tiga kali yakni pada jam 9, jam 1 siank dan jam 3 sore. Dari hasil pengkuran diperoleh hasil kacepatan masing-masing jam adalah 0,2 m/s, 0,9 m/s, dan 0,8 m/s. Bila di rata-ratakan didapat hasil 0,63 m/s. Jadi kecepatan rata-rata angin harian di pantai botutonuo adalah 0,63 m/s.
3.2.2   Mengukur Suhu Laut


 










Gambar 1.5 Termometer Infrared
Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi organisme yang ada di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolism maupun perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di berbagai tempat di dunia. Sebagai contoh, binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropic dan sub tropic.
Baik laut maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses yang dinamakan isolation. Akan tetapi pengaruh pemanasan ini tidaklah sama untuk daerah daerah yang terletak pada lintang yang berbeda. Daerah tropic lebih banyak menerima panas daripada daerah kuutub, yang pada dasarnya disebabkan oleh tiga fakor: pertama, sinar matahari yang merambat melalui atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum sampai di daerah kutub, bila dibandingkan dengan daerah ekuator. Kedua, oleh karena besarnya perbedaan sudut batang sinar matahari ketika mencapai permukaan bumi. Pada daerah kutub sinar matahari yang sampai dipermukaan bumiakan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada daerah ekuator. Ketiga, di daerah kutub lebih banyak panas yang diterima oleh permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Hal ini disebabkan oleh sudut relative ketika sinar matahari mencapai permukaan bumi (Hutabarat S, 2008: 59, 61).
Alat untuk mengukur suhu air laut adalah Termometer Infrared. Alat ini berbentik pistol yang dibagian belakang terdapat layar yang menampilkan angka suhu air laut yang memiliki satuan derajat selsius (oC). Cara menggunakan alat ini adalah menembakan ke arah laut. Kemudian dengan sendirinya layar yang berada pada bagian belakang alat ini akan menampilkan angka. Angka itulah yang menunjukan suhu air laut.
Layaknya pengukuran kecepatan angin, pada pengukuran suhu air laut ini juga dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-ratakan. Hanya saja pada pengukuran suhu air laut ini dilakukan sebanyak 3 kali setiap jam yang telah di tentukan. Misalnya pada jam 09.00 diukur 3 kali dan seterusnya pada jam 13.00 dan jam 15.00. setelah di dapad hasilnya suhu yang di dapat dirata-ratakan setiap jam yaitu     41,3 oC pada jam 09.00, 30,73 oC pada jam 13.00, dan 30,53 pada jam 15.00. Sedangkan suhu air laut rata-rata harian di pantai Botutonuo adalah 34,18.  
3.2.3   Mengukur Suhu Udara
Daratan tidak mempunyai kapsitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima radiasi daripada lautan. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin daripada lautan pada waktu tidak ada isolation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi). Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan (Hutabarat S, 2008: 66-67).
Bagaimanapun panas yang dipindahkan dari laut ke daratan ini mempunyai suatu pengaruh yang lunak terhadap iklim di daerah pantai.



 







Gambar 1.6 Termometer Infrared
Alat untuk mengukur suhu udara adalah thermometer. Alat yang tampak pada gambar di samping adalah gambar thermometer. Alat ini hanya terdapat dua tombol yang berguna untuk menyetting atau mengatur tampilan yang ada pada layar alat tersebut. Angka yang ditunjukan adalah angka maksimum dan angka minimum.
Untuk mengukur suhu udara sama dengan cara mengukur suhu air lau yaitu setiap jam dilakukan pengukuran tiga kali dan setiap jam dirata-ratakan kemudian dirata-ratakan satu hari dasil hasil penelitian di dapat hasil 38,67 pada jam 09.00, 28,6 pada jam 13.00 dan 28,6 pada jam 15.00. Sedangkan suhu rata-rata hariannya adalah 31,96. Jadi suhu rata-rata harian di pantai Botutonuo adalah 31,96 F.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1.       Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Angin juga merupakan suatu factor yang penting yang dapat mempengaruhi iklim. Para nelayan tradisional masih tergantung kepada angin dalam membantu menggerakan perahu-perahu mereka. Pada waktu yang bersamaan meraka kadang-kadang juga harus waspada, karena angin bisa juga menimbulkan suatu bencana berupa badai yang dapat menghancurkan peralatan atau bahkan menenggelamkan perahu mereka.
4.2.       Saran
Saran saya sebaiknya alat dalam praktikum, agar setiap kelompok memegang alat agar tidak berebut pada waktu praktikum. untuk itu alat yang ada di laboratorium kiranya dapat dipinjamkan semua yang diperlukan jangan hanya satu alat saja yang di pinjamkan apalagi yang menggunakan alat itu dari jurusan sediri yaitu Geografi.



BAB I
PENDAHULUAN

2.1.       Latar Belakang
Susunan gelombang di lautan baik bentuk maupun macammnya sangat bervariasi dan kompleks. Karena itu sangat berguna untuk membuat suatu model gelombang yang terlihat secara kasar. Apabila melihat gelombang di lautan, mendpat suatu kesan seolah-olah gelombang tersebut bergerak secar horizontal dari suatu tempat ke tempat yang lain, yang kenyataannya tidak demikian. Suatu gelombang membentuk gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi sebenarnya di sana terjadi suatu gerakan kecil ke arah depan dari massa air itu sendiri. 
Angin yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk gelombang yang dihasilkan di sini cenderung tidak tertentu yang bergantung pada bermacam-macam sifat seperti angin, periode di daerah mana gelombang tersebut dibentuk.  Sifat gelombang di pengaruhi oleh tiga bentuk angin yaitu :
a.             Kecepatan angin
b.             Waktu di mana angin sedang bertiup
c.             Jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup (fetch)
2.2.       Tujuan
Tujuan di adakannya praktikum mengenai gelombang laut agar bisa mengetahui tinggi rendahnyan gelombang laut dan panjang gelombang laut.
2.3.       Manfaat
Manfaat di adakannya praktikum mengenai gelombang laut, agar praktikan bisa mendefinisikan gelombang laut, dan bisa mengetahui cara pengamatan gelombang laut tersebut.




BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI

3.1         Kajian Teori
Gelombang adalah suatu getaran yang merambat, dalam perambatannya gelombang membawa energi. Dengan kata lain, gelombang merupakan getaran yang merambat dan getaran sendiri merupakan sumber gelombang. Jadi, gelombang adalah getaran yang merambat dan gelombang yang bergerak akan merambatkan energi (tenaga). Gelombang juga dapat diatikan sebagai bentuk dari getaran yang merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya, bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal). Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu satu detik.
Pada gambar Gelombang  laut merupakan salah satu contoh gelombang yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Selain gelombang laut, masih terdapat banyak contoh lainnya. Ketika Anda melempar sebuah batu kecil pada permukaan air yang tenang, akan muncul gelombang yang berbentuk lingkaran dan bergerak ke luar. Contoh lain adalah gelombang yang merambat sepanjang tali yang terentang lurus bila Anda menggerakan tali naik turun. Ketika kita berbicara mengenai gelombang, kita tidak bisa mengabaikan getaran.
3.2         Metodologi
3.2.1   Alat dan Bahan
a.             Anemometer
b.             Termometer Infrared
c.             Roll Meter
d.            Tongkat kayu yang panjangnya 2,5 meter
e.             Alat tulis
f.              Kamera
g.             Stopwatch
3.2.2   Cara Kerja
a.              Membuat jarak dari bibir pantai ke arah pantai sepanjang 10 meter
b.             Menancpkan tongkat pada titik tersebut, dan mengamati crest dan trough yang terekam pad tongkat kayu, serta ukur crest dan trough.
c.              Meletakkan suatu gabus atau benda yang dapat mengapung dan perhatikan gerak dari benda tersebut serta memberikan penjelasan dari fenomenanya.
d.             Mengisi tabel pada lampiran dan memberikan penjelasan hubungan angin dengan gelombang laut
e.              Menggambarkan arah dari gerakan gelombang
f.              Membuat model gelombang laut yang terlihat dan memberikan penjelasannya



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.3         Hasil

Tabel 1.2 Hubungan Angin Dengan Gelombang
Wind Speed
Wave Speed
Wave Periode
Wave Length
Wave Height
Wave Steepness
1,4 m/s
4,90 m/s
2,91 sekon
2,5 cm
20
0,125
1,6 m/s
5,00 m/s
3 sekon
2,6 cm
35
0,074
1,5 m/s
4,80 m/s
2,9 sekon
2,5 cm
25
0,1
1,4 m/s
4,85 m/s
2,7 sekon
2,4 cm
24
0,1
1,6 m/s
4,95 m/s
3 sekon
3 cm
30
0,1

3.4         Pembahasan
Setelah meneliti mengenai Air dan lautan yang ada pada daerah wisata bototonuo, berikutnya adalah menentukan gelombang laut.


 








Gambar 1.7 Gelombang Laut

Pengamatan mengenai gelombang laut, di lakukan pada pukul 13.00. Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak perna diam pada satu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak naik dan turun sesuai denga siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan naik pada ketinggian maksimum yang disebut tinggi gelombang, setelah itu kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut gelombang rendah. Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian permukaan antara tinggi gelombang dan gelombang  rendah dikenal sebagai tingi gelombang). Sifat khas dari naik turunnya permukaan air ini terjadi dua kali setiap hari sehingga terdapat dua periode tinggi gelombang dan rendah gelombang. Dan pada gelombang mempunyai sifat yang di pengaruhi oleh tiga  bentuk angin yaitu kecepatan angin, waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup ( fetch ).
Langkah pertama dalam mengamati gelombang laut yaitu, terlebih dahulu membuat jarak dari bibir pantai kearah pantai sepanjang 10 meter. Kemudian menancapkan tongkat kayu kemudian mengukur tinggi dan panjang gelombang. Setelah pengukuran tinggi dan panjang gelombang, langkah selanjutnya meletakan suatu gabus atau benda yang dapat mengapung.  Misalnya Ketika melempar sebuah batu kecil pada permukaan air yang tenang, akan muncul gelombang yang berbentuk lingkaran dan bergerak ke luar. Contoh lain adalah gelombang yang merambat sepanjang tali yang terentang lurus bila Anda menggerakan tali naik .

 








Gambar 1.8 Anemometer
Dalam pengamatan gelombang laut menggunakan alat anemometer,   dimana anemometer ini merupakan alat untuk mengukur kecepatan angin. Kecepatan angin rata-rata pada hasil pengamatan yaitu 1,5 m/s.



 







Gambar 1.9 Roll Meter
Pengamatan ke dua menggunakan alat roll meter, di mana roll meter di gunakan untuk mengukur panjang gelombang. Panjang geolmbang laut yang kami ukur adalah 2,5 cm, 2,6 cm, 2,5 cm, 2,4 cm, 3 cm. Dalam gelombang memiliki periode gelombang yaitu waktu yang dibutuhkan crest untuk kembali pada titik semula secara berturut-turut. Dan selain itu ada juga kemiringan gelombang yaitu perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi gelombang (wave steeness). Dalam mengukur periode gelombang di dapat hasil 2,91 sekon, 3 sekon, 2,9 sekon, 2,7 sekon, 3 sekon. Sedangkan kemiringan gelombang di dapat hasil o,125, 0,074, 0,1, 0,1, dan 0,1.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.3         Kesimpulan
Dari hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa   Gelombang dapat didefinisikan sebagai energi getaran yang merambat. Dan pada gelombang memiliki sifat yang di pengaruhi oleh tiga bentuk angin di antaranya yaitu kecepatan angin, waktu di mana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup.
4.4         Saran
Dengan berakhirnya perktikum Oseanografi  hingga terselesaikannya laporan ini, maka kami menyarankan bagi siapa saja yang membaca laporan ini agar menjadikanya sebuah referensi baru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar antara mahasiswa dan dosen. Dan disini kami mohon kritikan dari siapapun saja untuk kesempurnaan laporan ini.


BAB I
PENDAHULUAN

3.1.       Latar Belakang
Daerah yang terletak diantara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh air pasang di kenal sebagai pantai laut (seashore). Pada beberapa tempat lereng pantainya mempunyai bentuk landai dan disini terdapat jarak yang besar antara tanda-tanda air pasang tertinggi dan air pasang terendah. Sedangkan di tempat lain dimana lereng pantainya berbentuk curam, tanda-tanda air pasangnya akan kalihatan saling berdekatan. Bahan-bahan dasar pembentuk pantai pun mungkin akan berbeda-beda. Ada pantai yang terdiri dari batu-batuan, lumpur, tanah, liat, pasir, dan kerikil atau campuran antara dua atau lebih dari tipe-tipe ini secara bersama-sama. Pada daerah yang terdiri dari pasir atau kerikil yang bersih, mempunyai pengecualian, karena daerah pasang surutnya (intertidal) dapat mendukung sejumlah besar dan berjenis-jenis organisme, walaupun tipe pantaiyang berbeda cenderung untuk mempunyai sifat populasi sendiri. Misalnya, pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang baik bagi hewan atau tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapisan ini. Penempelan oleh organisme seperti ini dapat menciptakan problema-problema.
Estuaria  merupakan muara tempat bersatunya sungai dengan laut yang dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas.  Factor abiotik yang penting adalah kadar garam(salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari air tawar ke laut. Komunitas tumbuhan antara lain; ganggang, fitoplankton dan diatom. Komunitas hewan antara lain; berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan serta beberapa invertebrate dan ikan. 
Pada daerah estuaria sangat rentan dengan perubahan gradien salinitas yang sangat fluktuatif akibat pengaruh interaksi antara air laut dengan salinitas yang tinggi dan air tawar dengan salinitas yang rendah. Perubahan tersebut menyebabkan zonasi organisme yang berusaha menyesuaikan diri pada daerah yang fultuatif tersebut.
3.2.       Tujuan
Tujuan di adakannya praktikum mengenai Daerah Litoral,Estuarin, Terumbu Karang Dan Aspek Penyebab Pencemaran, agar mahasiswa dpat membedakan daerah litoral dan daerah estuarine. Dan mahasiswa juga beberapa jenis terumbuh karang.
3.3.       Manfaat
Manfaat di adakannya praktikum mengenai  Daerah Litoral,Estuarin, Terumbu Karang dan Aspek Penyebab Pencemaran, agar mahasiswa mengerti daerah litoral dan daerah estuarian itu seperti apa! Dan bisa mengatasi penyebab pencemaran yang ada di laut tersebut. Selain itu juga bermanfaat untuk bisa menamba wawasan bagi kita semua.





BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI

2.1         Kajian Teori
Daerah yang terletak di antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh air pasang dikenal sebagai pantai laut (seashore). Pada beberapa tempat lereng pantainya mempunyai bentuk landai dan disini terdapat jarak yang besar antara tanda-tanda air panas tertinggi dan air panas terendah. Sedangkan ditempat lain dimana lereng pantainya berbentuk curam, tanda-tanda air pasangnya akan kelihatan saling berdekatan. Bahan-bahan dasar pembentuk pantai pun mungkin akan bebeda-beda. Ada pantai yang terdiri dari batuan-batuan, lumpur, tanah liat, pasir dan krikil atau campuran antara dua atau lebih dari tipe-tipe ini secara bersama-sama. Pada daerah yang terdiri dari pasir atau krikil yang bersih, mempunyai pengecualian, karena daerah pasang surutnya (intertidal) dapat mendukung sejumlah besar dan berjenis-jenis organsm, walaupun tipe pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang baik untuk bagi hewan atau tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapiasan ini. Penempelan oleh organism seperti ini dapat menciptakan problema-problema.
Kehidupan didaerah pesisir bergantung juga pada air. Terdapat air yang merupakan campuran air sungai dan air laut, yang merupakan daerah estruarin. Air tawar yang berasal dari sungai mempunyai densitas lebih kecil dibandingkan dengan densitas air laut cendeung mengambang dianatasnya. Di daerah ini juga terdapat fluktuasi perubahan salinitasi yang brlangsung secara tetap yang behubungan dengan gerakan air pasang.
Kehidupan dilaut terdapat berbagai jenis terumbu karang yang membantu perkembang biakan ikan. Pertumbuhan maksimum terumbu karang terjadi pada kedalam dari 10 meter dan suhu 250c – 290c. Dibedakan empat tipe utama yaitu atol-atol, fringing reefs, barrier reef, dan platform reefs.
2.2.1   Pengertian Estuarian
Estuaria  merupakan muara tempat bersatunya sungai dengan laut yang dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas.  Factor abiotik yang penting adalah kadar garam(salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari air tawar ke laut. Komunitas tumbuhan antara lain; ganggang, fitoplankton dan diatom. Komunitas hewan antara lain; berbagai cacing, kerang, kepiting, dan ikan serta beberapa invertebrate dan ikan. 
Pestisida dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian yang pada akhirnya bermuara pada air laut, menimbulkan masalah serius diantaranya mengakibatkan kurangnya oksigen dalam air yang dapat membunuh habitat biota laut dan ikan-ikan.Tumpahan minyak pada musibah kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian ini menimbulkan pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut. Juga adanya polusi udara bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan bahan-bahan yang dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut.
Timbal (Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak, menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat pembakaran minyak dan gas bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir. Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir.
Biota laut yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman laut dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekologi laut.Membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran,  atau putas juga dapat merusak terumbu karang.
2.2         Metodologi
2.2.1   Alat dan Bahan
a.             Anemometer
b.             Termometer Infrared
c.             Roll Meter
d.            Tongkat kayu yang panjangnya 2,5 meter
e.             Alat tulis
f.              Kamera
g.             Stopwatch
2.2.2   Cara Kerja
a.             Membuat jarak dari bibir pantai ke arah pantai sepanjang 10 meter
b.             Menancpkan tongkat pada titik tersebut, dan mengamati crest dan trough yang terekam pad tongkat kayu, serta ukur crest dan trough.
c.             Meletakkan suatu gabus atau benda yang dapat mengapung dan perhatikan gerak dari benda tersebut serta memberikan penjelasan dari fenomenanya.
d.            Mengisi tabel pada lampiran dan memberikan penjelasan hubungan angin dengan gelombang laut
e.             Menggambarkan arah dari gerakan gelombang
f.              Membuat model gelombang laut yang terlihat dan memberikan penjelasannya



BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1         Hasil
a.              Pantai yang kami amati berpasir dan masih banyak batu dan masih mengalami pasang surut
b.             Tingkat keasinan air laut tidak terlalu asin
c.              Terdapat hewan pantai seperti siput
d.             Ciri-ciri hewan yang ada di pantai bercangkang
e.              Tempat observasi di pantai Botutonuo dan masyarakatnya sudah menggunakan air PAM
f.              Rasa air sumur biasa
g.             Kondisi air bersih
h.             Floranya: siput, kerang, planton, dan ikan sedangkan Faunanya, rumput laut dan lumut
i.               Hewan-hewannya dapat beradaptasi
j.               Bentuk pencemaran yaitu banyak sampah plastik
k.             Penanggulangan yaitu dengan melarang warga agar tidak membuang sampah sembarangan
3.2         Pembahasan


 






Gambar 1.10 Pantai Botutonuo
Pada modul 4 ini kami mencari apa-apa saja yang ada di pantai Botutonuo dengan koordinat tempat N: 00o 26’ 50,8” dan E: 123o 07’ 34,0”. Disini kami mencari tahu bagaimana keadaan pantai tersebut. Pantai yang kami amati masih terjadi pasang surut hanya saja di pantai ini pasangnya terjadi sangat cepat. Tingkat keasinan air laut di daerah ini rendah karena ada sumber air yang mengalir langsung ke bibir pantai sehingga mempengaruhi salinitas dari air laut sendiri. Pasang surut masih terjadi dan terdapat pasir yang masih basah serta air yang semakin naik atau pasang seiring dengan tenggelamnya matahari.


 







Gambar 1.11 Kerang
Hewan yang terdapat di pantai ini tidak begitu banyak hanya kerang dan siput saja dengan ciri-ciri bercangkang, berkaki banyak, mempunyai cangkang untuk berlindung dengan ukuran yang kecil.


 








Gambar 1.11 Wawancara Dengan Warga Sekitar

Setelah itu kami melakukan wawancara sedikit dengan warga sekitar tentang kondisi air yang masyarakat sekitar konsumsi. Disini kami wawancara dengan Bapak Ibrahim. Beliau mengatakan bahwa kondisi air    di tempat tersebut baik-baik saja tidak mengandung rasa asin sedikit saja. Sebelumnya mereka memakai air sumur, tapi karena lama-kelamaan air sumur tersebut tercemar oleh karena itu mereka putuskan dengan menggunakan air PAM karena selain hemat energi juga mudah untuk didapat.
Setelah selesai wawancara kami melanjutkan penelitian atau mencari flora dan fauna yang ada di pantai tersebut. Disini kami hanya menemukan flora: siput laut, kerang, ikan sedangkan fauna: rumput laut, dan lumut. Hewan-hewan yang ada di pantai ini sudah dapat beradaptasi dengan peristiwa pasang surut. Namun karena adanya gangguan luar seperti adanya manusia menjadikan flora dan fauna ini rusak dan mati.
Selain itu juga kami melihat pantai tempat kami melakukan observasi sudah mulai tercemar yaitu mulai daun-daun sampai botol minuman banyak berserakan di patai tersebut. Hal itu disebabkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dari pengunjung pantai itu sendiri.
Sebaiknya untuk menanggulangi masalah tersebut masyarakat sekitar bisa bekerja sama membersihkan pantai tersebut atau memberi peringatan pada para pengunjung agar tidak membuang sampah sembarangan dan masyarakat juga kiranya bisa menyediakan tempat pembuangan sampah agar pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya.


BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.5         Kesimpulan
Dari hasil pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tempat yang kami jadikan sebagai Observasi hanya sedikit flora dan fauna yang ditemukan. Hal itu disebabkan oleh manusia yang berkunjung di tempat itu sehingga menyebabkan kematian pada flora dan fauna yang ada. Dan di pantai tersebut sudah tercemar dengan adanya sampah-sampah yang berserakan yang disebabkan oleh para pengunjung
4.6         Saran
Untuk praktikum yang selanjutnya agar kiranya memperbanyak wawancara langsung dengan warga sekitar agar lebih tahu bagaimana keadaan tempat yang kita jadikan observasi. Agar lebih tahu banyak lagi jangan wawancara hanya pada satu orang saja minimal tiga atau lima agar kita bisa menarik kesimpulan yang baik dan benar. Selain itu kita bisa mendekatkan diri pada masyarakat sekitar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar