BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Sedimentasi
adalah masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu
melalui media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen meliputi
tanah dan pasir, berifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau
banjir dan pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa
bahan-bahan tersuspensi (Effendi, 2000). Sedimentasi pada dasarnya merupakan
kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari
suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertical maupun secara
horizontal. Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel
sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta
tahun (Garrison 2005, dalam Rianto 2010).
Seluruh
permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah
diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu yang berjuta-juta tahun.
Secara relatif ketebalan lapisan sedimen yang terdapat di banyak bagian lautan,
mempunyai variasi kedalaman yang berbeda-beda dari sekitar 600 meter di lautan
Pasifik, antara 500 meter sampai 1000 meter di lautan Atlantik, 4000 meter di
lautan Arktik dan 9000 meter Puerto Rico Trench.
1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui
kecepatan angin, arah angin, dan suhu udara harian di pantai Botutonuo.
1.3.
Manfaat
Untuk referensi dalam pembuatan laporan yang
berikutnya. Untuk tambahan bahan bacaan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa dari
jurusan Geografi
BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI
2.1
Kajian
Teori
Sedimentasi adalah
masuknya muatan sedimen ke dalam suatu lingkungan perairan tertentu melalui
media air dan diendapkan di dalam lingkungan tersebut. Sedimen meliputi tanah
dan pasir, berifat tersuspensi, yang masuk ke badan air akibat erosi atau
banjir dan pada dasarnya tidaklah bersifat toksik. Sedimen di dalam air berupa
bahan-bahan tersuspensi (Effendi, 2000). Sedimentasi pada dasarnya merupakan
kerak bumi (regolith) yang ditransportasikan melalui proses hidrologi dari
suatu tempat ke tempat yang lain, baik secara vertical maupun secara
horizontal. Seluruh permukaan dasar laut ditutupi oleh partikel-partikel
sedimen yang diendapkan secara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta
tahun (Garrison 2005, dalam Rianto 2010).
Seluruh
Permukaan dasar lautan ditutupi oleh partikel-partikel sedimen yang telah
diendapkansecara perlahan-lahan dalam jangka waktu berjuta-juta tahun. Sedimen terutama terdiri dari partikel-partikel
yang berasal dari hasil hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit
(shell) serta sisa rangka-rangka dari organism laut. Tidaklah heran jika ukuran partikel-partikel
ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat
fisiknya dan akibatnya sedimen yang terdapat pada berbagai tempat mempunyai
sifat-sifat yang sangat berbeda satu dengan lainnya. Ukuran partikel merupakan
suatu jalan yang mudah untuk dipakai mengklasifikasikan sedimen. Jenis-Jenis
Sedimen adalah :
2.2.1
Sedimen
Lithogenous
Sedimen
ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini terjadi karena adanya suatu kondisi
fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh adanya proses pemanasan dan
pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi secara berulang-ulang di padang
pasir, oleh karena adanya embun-embun es di musim dingin, atau oleh karena
adanya aksi kimia dari larutan bahan-bahan yang terjdi di dalam air hujan atau
air tanah terhadap permukaan batu. Sedimen yang berasal dari pengikisan batuan
ini kemudian diangkut oleh sungai-sungai dan masuk ke dalam lautan.
2.2.2
Sedimen
Biogenous
Sisa-sisa
rangka dari organism hidup yang membentuk endapan partikel-partikel halus yang
dinamakan “Ooze” yang biasanya
mengendap pada daerah-daerah yng letaknya jauh pantai. Sedimen ini digolongkan
dalam dua tipe utama yaitu Calcareous
dan Siliceous Ooze, di mana hal ini
tergantung pada jenis organism dan dari mana asalnya serta macam bahan yang
telah bergabung ke dalam kulit atau rangkanya.
2.2.3
Sedimen
Hydrogenous
Sedimen
ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut, sebagai contoh Manganese Nodules (bungkahan-bungkahan
mangan) berasala dari besi dan mangan yang terdapat di dalam sebuah rangkaian
lapisan konsentris di sekitar pecahan batu atau runtuhan puing-puing.
2.2.4
Arus-Arus
Turbidity
Lapisan
sedimen yang terbentuk sebagai akibat adanya arus turbidity. Partikel-partikel
yang berukuran besar diendapkan pada lapisan bagian bawah, sedangkan yang
berukuran kecil diendapkan pada lapisan bagian atas.
2.2
Metodologi
2.2.1
Alat
dan Bahan
a.
Buku catatan
b.
Buku materi oseanografi
c.
Polpen atau pensil
d.
GPS
e.
Kamera
2.2.2
Cara
Kerja
a.
Melakukan pencarian bukti
sedimen-sedimen tersebut di lokasi studi lapangan
b.
Membuat dokumentasi ilmiah terhadap
jenis sedimen yang ditemui
c.
Memetakan distribusi jenis sedimen yang
ditemukan dengan memperhatikan kondisi
tempat yang ditemui
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
Gambar 1.1 Batuan Lithogenous Gambar 1.2 Batuan Lithogenous
Gambar 1.3 Biogenous Gambar 1.4 Biogenous
3.2
Pembahasan
Pada
hari minggu tanggal 13 Januari 2013 kami mahasiswa geografi D angkatan 2010
turun lapangan untuk melakukan praktikum mengenai sedimen yang bertempat Desa
Botutonuo Kecamatan Kabila Bone Kabupaten Bone Bolango Propinsi Gorontalo.
Dengan titik koordinat N :
00026’50,8” dan E : 123007’34,0”.
Tujuan
diadakannya praktikum mengenai sedimen ini adalah untuk mengetahui dan
mengamati secara langsung mengenai sedimen yang ada di daerah wisata Botutonuo.
Karena teori tadak akan bisa meyakinkan kebenaran mengenai sedimen tanpa ada
pengamatan langsung yang dilakukan. Jadi, dengan diadakannya pengamatan ini
akan menambah keyakinan mahasiswa mengenai sedimen tersebut.
Secara
umum sedimen cenderung didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel,
tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran
yang berbeda-beda. Sebagai contoh sebagian besar dasar laut yang dalam ditutupi
oleh jenis partikel-partikel yang berukuran kecil yang terdiri dari sedimen
halus, sedangkan hampir semua pantai-pantai dututupi oleh jenis partikel-partikel yang berukuran besar
yang tersiri dari sedimen kasar.
Sedimen terutama terutama partikal-partikel yang berasal dari
hasil pembongkaran batuan-batuan dan potongan-potongan kulit (shell) serta sisa
rangka-rangka dariorganisme laut. Tidaklah mengherankan jikalau
partikel-partikel ini sangat ditentukan oleh sifat-sifat fisik mereka dan
akibatnya sedimen yang terdapat pada pelbagai tempat di dunia mempunyai sifat
yang sangat berbeda-beda (Hutabarat S. dan Evan S.M, 2008: 44) .
Gambar
1.1 Batuan Lithogenous
Pengamatan yang pertama dilakukan adalah mengamati
mengenai sedimen lithogenous. Sedimen lithogenous yang yang tampak pada gambar
di samping merupakan sedimen yang diambail dari bibir pantai dengan jarak 1
meter dengan kedalaman 25 cm dari permukaan air. Sedimen ini berupa
batuan-batuan kecil yang teksturnya terpisah-pisah. Batuan-batuan ini biasa
disebut pasir karena sudah bercampur dengan cangkang-cangkang kerang dan
sedikit butiran kesil lainnya.
Pada umumnya sedimen ini berasal dari sisa
pengikisan batuan-batuan yang terjadi di darat. Hal ini dapat terjadi oleh karena
adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti yang disebabkan oleh karena
adanya proses pemanasan dan pendinginan terhadap batu-batuan yang terjadi
secara berulang-ulang.
Gambar 1.2 Batuan Lithogeneus
Sedimen lithogenous
yang tampak pada gambar di atas merupakan sedimen yang di ambil dari pinggiran
10 cm pantai dari batas air pasang dan kedalaman 30 cm dari permukaan air.
Sedimen ini memiliki perbedaan dengan sedimen yang berada pada kedalaman 40 cm
dari permukaan air, dimana bentuk pasirnya tidak terlalu jelas namun bisa
dirasakan dengan indra perasa karena bercampur dengan sedikit lumpur, lumut dan
sementara sedimen lithogenous yang berada pada ke dalaman 40 cm memiliki
tekstur yang sangat kasar karena berbentuk pasir dan butiran-birannya sangat
jelas.
Gambar
1.3 Batuan Biogeneus
Hasil pengamatan yang dilakukan di
daerah wisata Botutonuo pada kedalaman 30 cm
dari permukaan air dan jarak 10 meter dari tepian air pasang menunjukan
adanya sedimen biogenous, dimana sedimen ini didapatkan dari hasil fosil dan
terumbu karang. Sedimen ini memiliki tekstur yang berbeda dengan sedimen
lithogenous.
Secara umum sedimen biogenous merupakan
sisa-sisa rangka dari organsme hidup yang membentuk endapan partiel-partikel
halus yang dinamakan ooze yang biasanya mengendap pada daerah-daerah yang
letaknya jauh dari pantai (Hutabarat M, 2008: 48).
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan mengenai batuan sedimen di atas, dapat di tarik kesimpulan bahwa
batuan sedimen di bagi atas dua yaitu batuan lithogenous dan batuan biogenous.
Ke dua batuan tersebut memiliki tekstur yang berbeda, di mana batuan
lithogenous yang hanya di ambil dari pinggiran pantai dan memiliki tekstur
berpasir dan terpisah karena masih memiliki sisa– sisa cangkang. Sedangkan
batuan biogenous adalah batuan yang di ambil dari sisa fosil dan terumbun
karang.
4.2
Saran
Dengan berakhirnya perktikum Oseanografi hingga terselesaikannya laporan ini, maka
kami menyarankan bagi siapa saja yang membaca laporan ini agar menjadikanya
sebuah referensi baru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar antara
mahasiswa dan dosen. Dan disini kami mohon kritikan dari siapapun saja untuk
kesempurnaan laporan ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Iklim
tergantung pada hubungan yang kompleks yang terjadi antra keadaan daratan,
lautan dan atmosfer. Daratan tidak memiliki kapasitas yang sama seperti air
dalam kemampuannya menyimpan panas.
Akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika
menerima radiasi matahari daripada lautan.
Sebaliknya daratan akan lebih cepat pula menjadi dingin dripada lautan
pada waktu tidak ada insolation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh
permukaan bumi). Akibatnya terdapat
perbedaan suhu yang amat besar antara lautan dan daratan.
Perpindahan
Panas terjadi antara udara dengan lautan atau tanah yang ada di bawahnya akan
dapat memberikan suatu kenaikan tekanan atmosfer pada daerah-daerah sekitarnya.
Akibatnya menimbulkan tekanan udara yang berbeda, yang menimbulkan adanya
angin.
Walaupun
jumlah air yang terdapat di dalam atmosfer relative kecil, tapi sangat penting
artinya sebagai dasar terbentuknya hujan.
Hilangnya air dari lautan oleh karena besarnya penguapan yang kemudian
masuk ke dalam atmosfer selalu terjadi secara seimbang dengan besarnya curah
hujan melalui suatu proses yang dikenal dengan hidrologic cycle. Namun
kadang-kadang juga terdapat perbedaan yang begitu besar antara penguapan dan
curah hujan yang terjadi di beberapa tempat,
sehingga mengakibatkan penguapan menjadi tidak seimbang.
1.2.
Tujuan
Untuk mengetahui kecepatan angin yang terdapat di
pantai Botutonuo dan untuk mengetahui suhu udara harian di pantai Botutonuo.
1.3.
Manfaat
Untuk menambah
wawasan tentang cara mengukur kecepatan angin dan dapat mengetahui tentang
kecepatan angin rata-rata di pantai Botutonuo yang kami jadikan tempat
observasi.
BAB
II
KAJIAN
TEORI DAN METODOLOGI
2.1
Kajian
Teori
Iklim tergantung
kepada hubungan yang kompleks yang terjadi antara keadaan di daratan, lautan,
dan atmosfer. Tiga faktor utamayang mempengaruhi iklim, yaitu: suhu, curah
hujan, dan angin.
2.1.1
Suhu
dan Perpindahan Panas
Daratan
tidak mempunyai kapasitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan
panas, akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika
menerima radiasi matahari daripada lautan. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat
pula mendingin dari pada lautan pada waktu tidak ada insolation (pemanasan sinar matahari yang diterima oleh permukaan
bumi). Akibatnya di daratan terdapat perbedaan suhu yang amat besar bila
dibandingkan dengan yang terjadi di lautan. Suhu di lautan kemungkinan berkisar
antara -1.87 oC (titik beku air laut) di daerah kutub sampai
maksimum sekitar 42 oC di daerah perairan dangkal. Sedangkan kisaran
suhu di daerah daratan yang pernah dimonitor adalah yang paling rendah -68 oC
di Siberia pada tahun 1892 dan yang paling tinggi 58 oC di Libya
pada tahun 1922.
2.1.2
Curah
Hujan dan Siklus Air
Sebagian
besar air (97,3 %) yang terdapat di permukaan bumi berasal dari lautan di
seluruh dunia. Sisanya yang berjumlah 2,7 % berasal dari daerah daratan, berupa
gunung-gunung es di daerah kutub, mata air yang berada di bawah permukaan tanah
dan yang berasal dari danau dan sungai. Sedangkan yang berasal dari atmosfer
yang berbentuk sebagai uap air berjumlah sangat kecil yaitu kira-kira sebesar 0,01
% dari seluruh air yang terdapat di bumi.
2.1.3
Tekanan
Udara dan Angin
Angin
disebabkan karena adanya perbedaan tekanan udara yang merupakan hasil dari
pengaruh ketidakseimbangan pemanasan sinar matahari terhadap tempat-tempat yang
berbeda di permukaan bumi. Keadaan ini
mengakibatkan naiknya sejumlah besar massa udara yang ditandai dengan timbulnya
sifat khusus yaitu terdapatnya tekanan udara yang tinggi dan rendah.
Seluruh
permukaan bumi dapat dibagi menjadi beberapa daerah utama yang mempunyai
tekanan rendah dan tinggi yang tergantung pada letak lintang. Hal ini yang
menyebabkan timbulnya tiga sistem angin utama pada setiap hemister. Mereka
terdiri dari:
a.
Angin yang terletak pada lintang antara
0o dan 30o yang dikenal sebagai Trade Winds. Angin bertiup dari arah Timur ke Barat.
b.
Angin yang terletak pada lintang antara
30o dan 60o yang bertiup dari arah Barat ke Timur.
c.
Angin yang terletak di daerah kutub
(antara 60o sampai
ke kutub) yang umumnya bertiup dari arah Timur ke Barat.
2.2
Metodologi
2.2.1
Alat
dan Bahan
a.
Anemometer
b.
Altimeter
c.
Termometer Infrared
d.
Alat tulis menulis
e.
Kamera
f.
GPS
2.2.2
Cara
Kerja
a.
Mengukur dan mencatat kecepatan angin
dan arah angin yang terdapat dilokasi observasi
b.
Mengukur dan mencatat ketinggian lokasi
c.
Mengukur dan mencatat data koordinat
lokasi observasi
d.
Membuat deskripsi iklim cuaca di lokasi
observasi pada pukul 09.00 wita, 13.00 wita, dan 15.00 wita
e.
Mengukur suhu udara harian dan
menghitung suhu rata-rata harian.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Hasil
Tabel
1.1 Lautan dan Iklim
WAKTU
|
KECEPATAN
ANGIN
|
ARAH ANGIN
|
KETINGGIAN
|
KOORDINAT
|
SUHU AIR
LAUT
|
SUHU UDARA
|
09.00
|
0,2 m/s
|
Laut
|
2 mdpl
|
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
|
t1 = 41
t2 = 41,2
t3 = 41,2
|
t1 = 38
t2 = 39
t3 = 39
|
13.00
|
0,9 m/s
|
Laut
|
2 mdpl
|
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
|
t1 = 30,2
t2 = 30,8
t3 = 31,2
|
t1 = 27,6
t2 = 30,2
t3 = 28,0
|
15.00
|
0,8 m/s
|
Laut
|
2 mdpl
|
N: 00o 26’ 46,0”
E: 123o 07’ 35,2”
|
t1 = 30,4
t2 = 30,6
t3 = 30,6
|
t1 = 28,4
t2 = 29,2
t3 = 28,2
|
3.2.
Pembahasan
Kenyataan
adanya perbedaan iklim yang begitu besar di berbagai tempat di dunia memberi
pengaruh yang luas terhadap kemampuan manusia untuk menduduki dan mengelolah
bumi ini sebagai suatu tempat yang cocok untuk dapat ditinggali. Sebagai contoh
iklim yang dingin dan ganas di daerah-daerah kutub tidak cocok untuk
dipakai sebagai daerah tanah pertanian, sehingga daerah ini hanya dapat didiami
manusia dalam jumlah populasi yang sangat terbatas. Hal yang serupa dapat
dijumpai pula pada daerah padang pasir yang luas yang kemungkinan besar subur
yang terletak di benua Afrika, Asia, Australia, di mana di daerah ini tidak
dapat ditanami semata-mata karena di sisni tidk terdapat curah hujan yang
cukup.
Angin
juga merupakan suatu factor yang penting yang dapat mempengaruhi iklim. Para
nelayan tradisional masih tergantung kepada angin dalam membantu menggerakan
perahu-perahu mereka. Pada waktu yang bersamaan meraka kadang-kadang juga harus
waspada, karena angin bisa juga menimbulkan suatu bencana berupa badai yang
dapat menghancurkan peralatan atau bahkan menenggelamkan perahu mereka.
Iklim
tergantung pada hubungan yang kompleks yang tejadi antara keadaan di daratan,
lautan dan atmosfer (Hutabarat S. 2008: 66).
3.2.1
Mengukur
Kecepatan Angin
Gambar 1.4 Anemometer
Cara mengukur kecepatan angin adalah dengan
menggunakan Anemometer. Alat ini sudah dirancang sedemikian rupa untuk
digunakan sebagai pengukur kecepatan angin. Pada layar terlihat angka yang
menunjukan berapa kecepatan angin. Kemudia terdapat terdapat tombol dimana pengguna
bisa menggunakan satuan apa yang diingikan oleh pengguna itu sendiri. Cara
menggunakan alat ini adalah yang pertama menggerakan tombol bagian kiri atas ke
arah “On”, dan mengangkat kipas ke atas agar bisa meniup kipas yang ada di
dalamnya. Semakain kencang angin yang bertiup, semakin tinggi pula angka yang
akan ditinjukan pada layar anemometer. Setelah terbaca kecepatan angin kemudian
tombol tadi degerakan pada bagia “Hold”. Hal ini untuk mempermudah pembacaan
angka yang ada pada layar anemometer tersebut. Ketika anemometer berada pada
Hold, maka angka akan berhenti walaupun angin bertiup menggerakan kipas
anemometer tersebut. Apabila anemometer tidak pada posisi Hold, maka pengguna
akan merasa sangat kesulitan untuk membaca angka yang ada pada layar karena
angkanya terus berubah nmengikuti kecepatan angin.
Pada pengukuran ini di lakukan tiga kali yakni pada
jam 9, jam 1 siank dan jam 3 sore. Dari hasil pengkuran diperoleh hasil
kacepatan masing-masing jam adalah 0,2 m/s, 0,9 m/s, dan 0,8 m/s. Bila di
rata-ratakan didapat hasil 0,63 m/s. Jadi kecepatan rata-rata angin harian di
pantai botutonuo adalah 0,63 m/s.
3.2.2
Mengukur
Suhu Laut
Gambar 1.5
Termometer Infrared
Suhu
di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi organisme yang ada di
lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolism maupun
perkembangbiakan dari organisme-organisme tersebut. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di
berbagai tempat di dunia. Sebagai contoh, binatang karang dimana penyebarannya
sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropic dan
sub tropic.
Baik
laut maupun daratan keduanya dipanasi oleh sinar matahari melalui suatu proses
yang dinamakan isolation. Akan tetapi pengaruh pemanasan ini tidaklah sama
untuk daerah daerah yang terletak pada lintang yang berbeda. Daerah tropic
lebih banyak menerima panas daripada daerah kuutub, yang pada dasarnya
disebabkan oleh tiga fakor: pertama, sinar matahari yang merambat melalui
atmosfer akan banyak kehilangan panas sebelum sampai di daerah kutub, bila
dibandingkan dengan daerah ekuator. Kedua, oleh karena besarnya perbedaan sudut
batang sinar matahari ketika mencapai permukaan bumi. Pada daerah kutub sinar
matahari yang sampai dipermukaan bumiakan tersebar pada daerah yang lebih luas daripada
daerah ekuator. Ketiga, di daerah kutub lebih banyak panas yang diterima oleh
permukaan bumi yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Hal ini disebabkan oleh
sudut relative ketika sinar matahari mencapai permukaan bumi (Hutabarat S,
2008: 59, 61).
Alat
untuk mengukur suhu air laut adalah Termometer Infrared. Alat ini berbentik
pistol yang dibagian belakang terdapat layar yang menampilkan angka suhu air
laut yang memiliki satuan derajat selsius (oC). Cara menggunakan
alat ini adalah menembakan ke arah laut. Kemudian dengan sendirinya layar yang
berada pada bagian belakang alat ini akan menampilkan angka. Angka itulah yang
menunjukan suhu air laut.
Layaknya pengukuran kecepatan angin, pada pengukuran suhu air
laut ini juga dilakukan sebanyak tiga kali kemudian dirata-ratakan. Hanya saja
pada pengukuran suhu air laut ini dilakukan sebanyak 3 kali setiap jam yang
telah di tentukan. Misalnya pada jam 09.00 diukur 3 kali dan seterusnya pada
jam 13.00 dan jam 15.00. setelah di dapad hasilnya suhu yang di dapat
dirata-ratakan setiap jam yaitu 41,3
oC pada jam 09.00, 30,73 oC pada jam 13.00, dan 30,53 pada jam
15.00. Sedangkan suhu air laut rata-rata harian di pantai Botutonuo adalah
34,18.
3.2.3
Mengukur
Suhu Udara
Daratan tidak
mempunyai kapsitas yang sama seperti air dalam kemampuannya menyimpan panas,
akibatnya daratan akan lebih cepat bereaksi untuk menjadi panas ketika menerima
radiasi daripada lautan. Sebaliknya, daratan akan lebih cepat pula menjadi
dingin daripada lautan pada waktu tidak ada isolation (pemanasan sinar matahari
yang diterima oleh permukaan bumi). Akibatnya di daratan terdapat perbedaan
suhu yang amat besar bila dibandingkan dengan yang terjadi di lautan (Hutabarat
S, 2008: 66-67).
Bagaimanapun
panas yang dipindahkan dari laut ke daratan ini mempunyai suatu pengaruh yang
lunak terhadap iklim di daerah pantai.
Gambar
1.6 Termometer Infrared
Alat untuk mengukur suhu udara adalah thermometer.
Alat yang tampak pada gambar di samping adalah gambar thermometer. Alat ini
hanya terdapat dua tombol yang berguna untuk menyetting atau mengatur tampilan
yang ada pada layar alat tersebut. Angka yang ditunjukan adalah angka maksimum dan
angka minimum.
Untuk mengukur suhu udara sama dengan cara mengukur
suhu air lau yaitu setiap jam dilakukan pengukuran tiga kali dan setiap jam
dirata-ratakan kemudian dirata-ratakan satu hari dasil hasil penelitian di
dapat hasil 38,67 pada jam 09.00, 28,6 pada jam 13.00 dan 28,6 pada jam 15.00.
Sedangkan suhu rata-rata hariannya adalah 31,96. Jadi suhu rata-rata harian di
pantai Botutonuo adalah 31,96 F.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.1.
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa Angin juga merupakan suatu
factor yang penting yang dapat mempengaruhi iklim. Para nelayan tradisional
masih tergantung kepada angin dalam membantu menggerakan perahu-perahu mereka.
Pada waktu yang bersamaan meraka kadang-kadang juga harus waspada, karena angin
bisa juga menimbulkan suatu bencana berupa badai yang dapat menghancurkan
peralatan atau bahkan menenggelamkan perahu mereka.
4.2.
Saran
Saran saya
sebaiknya alat dalam praktikum, agar setiap kelompok memegang alat agar tidak
berebut pada waktu praktikum. untuk itu alat yang ada di laboratorium kiranya
dapat dipinjamkan semua yang diperlukan jangan hanya satu alat saja yang di
pinjamkan apalagi yang menggunakan alat itu dari jurusan sediri yaitu Geografi.
BAB
I
PENDAHULUAN
2.1.
Latar
Belakang
Susunan
gelombang di lautan baik bentuk maupun macammnya sangat bervariasi dan
kompleks. Karena itu sangat berguna untuk membuat suatu model gelombang yang
terlihat secara kasar. Apabila melihat gelombang di lautan, mendpat suatu kesan
seolah-olah gelombang tersebut bergerak secar horizontal dari suatu tempat ke
tempat yang lain, yang kenyataannya tidak demikian. Suatu gelombang membentuk
gerakan maju melintasi permukaan air, tetapi sebenarnya di sana terjadi suatu
gerakan kecil ke arah depan dari massa air itu sendiri.
Angin
yang bertiup di atas permukaan laut merupakan pembangkit utama gelombang. Bentuk
gelombang yang dihasilkan di sini cenderung tidak tertentu yang bergantung pada
bermacam-macam sifat seperti angin, periode di daerah mana gelombang tersebut
dibentuk. Sifat gelombang di pengaruhi
oleh tiga bentuk angin yaitu :
a.
Kecepatan angin
b.
Waktu di mana angin sedang bertiup
c.
Jarak tanpa rintangan di mana angin
sedang bertiup (fetch)
2.2.
Tujuan
Tujuan
di adakannya praktikum mengenai gelombang laut agar bisa mengetahui tinggi
rendahnyan gelombang laut dan panjang gelombang laut.
2.3.
Manfaat
Manfaat
di adakannya praktikum mengenai gelombang laut, agar praktikan bisa
mendefinisikan gelombang laut, dan bisa mengetahui cara pengamatan gelombang
laut tersebut.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI
3.1
Kajian
Teori
Gelombang adalah suatu getaran
yang merambat, dalam perambatannya gelombang membawa energi. Dengan kata lain,
gelombang merupakan getaran yang merambat dan getaran sendiri merupakan sumber
gelombang. Jadi, gelombang adalah getaran yang merambat dan gelombang yang bergerak
akan merambatkan energi
(tenaga). Gelombang juga dapat diatikan sebagai bentuk dari getaran yang
merambat pada suatu medium. Pada gelombang yang merambat adalah gelombangnya,
bukan zat medium perantaranya. Satu gelombang dapat dilihat panjangnya dengan
menghitung jarak antara lembah dan bukit (gelombang tranversal) atau menhitung
jarak antara satu rapatan dengan satu renggangan (gelombang longitudinal).
Cepat rambat gelombang adalah jarak yang ditempuh oleh gelombang dalam waktu
satu detik.
Pada gambar Gelombang laut merupakan salah satu contoh gelombang
yang sering kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Selain gelombang laut,
masih terdapat banyak contoh lainnya. Ketika Anda melempar sebuah batu kecil
pada permukaan air yang tenang, akan muncul gelombang yang berbentuk lingkaran
dan bergerak ke luar. Contoh lain adalah gelombang yang merambat sepanjang tali
yang terentang lurus bila Anda menggerakan tali naik turun. Ketika kita
berbicara mengenai gelombang, kita tidak bisa mengabaikan getaran.
3.2
Metodologi
3.2.1
Alat
dan Bahan
a.
Anemometer
b.
Termometer Infrared
c.
Roll Meter
d.
Tongkat kayu yang panjangnya 2,5 meter
e.
Alat tulis
f.
Kamera
g.
Stopwatch
3.2.2
Cara
Kerja
a.
Membuat jarak dari bibir pantai ke arah
pantai sepanjang 10 meter
b.
Menancpkan tongkat pada titik tersebut,
dan mengamati crest dan trough yang terekam pad tongkat kayu,
serta ukur crest dan trough.
c.
Meletakkan suatu gabus atau benda yang
dapat mengapung dan perhatikan gerak dari benda tersebut serta memberikan
penjelasan dari fenomenanya.
d.
Mengisi tabel pada lampiran dan
memberikan penjelasan hubungan angin dengan gelombang laut
e.
Menggambarkan arah dari gerakan
gelombang
f.
Membuat model gelombang laut yang
terlihat dan memberikan penjelasannya
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.3
Hasil
Tabel 1.2 Hubungan Angin Dengan
Gelombang
Wind
Speed
|
Wave Speed
|
Wave Periode
|
Wave Length
|
Wave Height
|
Wave Steepness
|
1,4 m/s
|
4,90 m/s
|
2,91 sekon
|
2,5 cm
|
20
|
0,125
|
1,6 m/s
|
5,00 m/s
|
3 sekon
|
2,6 cm
|
35
|
0,074
|
1,5 m/s
|
4,80 m/s
|
2,9 sekon
|
2,5 cm
|
25
|
0,1
|
1,4 m/s
|
4,85 m/s
|
2,7 sekon
|
2,4 cm
|
24
|
0,1
|
1,6 m/s
|
4,95 m/s
|
3 sekon
|
3 cm
|
30
|
0,1
|
3.4
Pembahasan
Setelah meneliti
mengenai Air dan lautan yang ada pada daerah wisata bototonuo, berikutnya
adalah menentukan gelombang laut.
Gambar
1.7 Gelombang Laut
Pengamatan mengenai gelombang laut, di lakukan pada
pukul 13.00. Air pada bagian ujung pantai yang berbatasan dengan lautan tidak
perna diam pada satu ketinggian yang tetap, tetapi mereka ini selalu bergerak
naik dan turun sesuai denga siklus pasang. Permukaan air laut perlahan-lahan
naik pada ketinggian maksimum yang disebut tinggi gelombang, setelah itu
kemudian turun sampai kepada suatu ketinggian minimum yang disebut gelombang
rendah. Dari sini permukaan air akan mulai bergerak naik lagi. Perbedaan ketinggian
permukaan antara tinggi gelombang dan gelombang
rendah dikenal sebagai tingi gelombang). Sifat khas dari naik turunnya
permukaan air ini terjadi dua kali setiap hari sehingga terdapat dua periode
tinggi gelombang dan rendah gelombang. Dan pada gelombang mempunyai sifat yang
di pengaruhi oleh tiga bentuk angin
yaitu kecepatan angin, waktu dimana angin sedang bertiup dan jarak tanpa
rintangan di mana angin sedang bertiup ( fetch ).
Langkah pertama dalam mengamati gelombang laut
yaitu, terlebih dahulu membuat jarak dari bibir pantai kearah pantai sepanjang
10 meter. Kemudian menancapkan tongkat kayu kemudian mengukur tinggi dan
panjang gelombang. Setelah pengukuran tinggi dan panjang gelombang, langkah
selanjutnya meletakan suatu gabus atau benda yang dapat mengapung. Misalnya Ketika melempar sebuah batu kecil
pada permukaan air yang tenang, akan muncul gelombang yang berbentuk lingkaran
dan bergerak ke luar. Contoh lain adalah gelombang yang merambat sepanjang tali
yang terentang lurus bila Anda menggerakan tali naik .
Gambar 1.8
Anemometer
Dalam pengamatan
gelombang laut menggunakan alat anemometer, dimana anemometer ini merupakan alat untuk
mengukur kecepatan angin. Kecepatan angin rata-rata pada hasil pengamatan yaitu
1,5 m/s.
Gambar
1.9 Roll Meter
Pengamatan ke dua menggunakan alat roll
meter, di mana roll meter di gunakan untuk mengukur panjang gelombang. Panjang
geolmbang laut yang kami ukur adalah 2,5 cm, 2,6 cm, 2,5 cm, 2,4 cm, 3 cm. Dalam
gelombang memiliki periode gelombang yaitu waktu yang dibutuhkan crest untuk kembali pada titik semula
secara berturut-turut. Dan selain itu ada juga kemiringan gelombang yaitu
perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi gelombang (wave steeness).
Dalam mengukur periode gelombang di dapat hasil 2,91 sekon, 3 sekon, 2,9 sekon,
2,7 sekon, 3 sekon. Sedangkan kemiringan gelombang di dapat hasil o,125, 0,074,
0,1, 0,1, dan 0,1.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.3
Kesimpulan
Dari
hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan bahwa Gelombang dapat didefinisikan
sebagai energi getaran yang merambat. Dan pada gelombang memiliki sifat yang di
pengaruhi oleh tiga bentuk angin di antaranya yaitu kecepatan angin, waktu di
mana angin sedang bertiup dan jarak tanpa rintangan di mana angin sedang bertiup.
4.4
Saran
Dengan berakhirnya perktikum Oseanografi hingga terselesaikannya laporan ini, maka
kami menyarankan bagi siapa saja yang membaca laporan ini agar menjadikanya
sebuah referensi baru dalam menunjang kegiatan belajar mengajar antara
mahasiswa dan dosen. Dan disini kami mohon kritikan dari siapapun saja untuk
kesempurnaan laporan ini.
BAB
I
PENDAHULUAN
3.1.
Latar
Belakang
Daerah
yang terletak diantara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh air
pasang di kenal sebagai pantai laut (seashore). Pada beberapa tempat lereng
pantainya mempunyai bentuk landai dan disini terdapat jarak yang besar antara
tanda-tanda air pasang tertinggi dan air pasang terendah. Sedangkan di tempat lain dimana lereng pantainya berbentuk curam,
tanda-tanda air pasangnya akan kalihatan saling berdekatan. Bahan-bahan dasar
pembentuk pantai pun mungkin akan berbeda-beda. Ada pantai yang terdiri dari
batu-batuan, lumpur, tanah, liat, pasir, dan kerikil atau campuran antara dua
atau lebih dari tipe-tipe ini secara bersama-sama. Pada daerah yang terdiri
dari pasir atau kerikil yang bersih, mempunyai pengecualian, karena daerah
pasang surutnya (intertidal) dapat
mendukung sejumlah besar dan berjenis-jenis organisme, walaupun tipe pantaiyang
berbeda cenderung untuk mempunyai sifat populasi sendiri. Misalnya, pantai yang
terdiri dari batu-batuan (rocky shore)
merupakan tempat yang baik bagi hewan atau tumbuhan yang dapat menempelkan diri
pada lapisan ini. Penempelan oleh organisme seperti ini dapat menciptakan
problema-problema.
Estuaria
merupakan muara tempat bersatunya sungai dengan laut yang dipagari oleh
lempengan lumpur intertidal yang luas. Factor abiotik yang penting adalah
kadar garam(salinitas). Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari air
tawar ke laut. Komunitas tumbuhan antara lain; ganggang, fitoplankton dan
diatom. Komunitas hewan antara lain; berbagai cacing, kerang, kepiting, dan
ikan serta beberapa invertebrate dan ikan.
Pada
daerah estuaria sangat rentan dengan perubahan gradien salinitas yang sangat
fluktuatif akibat pengaruh interaksi antara air laut dengan salinitas yang
tinggi dan air tawar dengan salinitas yang rendah. Perubahan tersebut
menyebabkan zonasi organisme yang berusaha menyesuaikan diri pada daerah yang
fultuatif tersebut.
3.2.
Tujuan
Tujuan
di adakannya praktikum mengenai Daerah Litoral,Estuarin, Terumbu Karang Dan
Aspek Penyebab Pencemaran, agar mahasiswa dpat membedakan daerah litoral dan
daerah estuarine. Dan mahasiswa juga beberapa jenis terumbuh karang.
3.3.
Manfaat
Manfaat
di adakannya praktikum mengenai Daerah
Litoral,Estuarin, Terumbu Karang dan Aspek Penyebab Pencemaran, agar mahasiswa
mengerti daerah litoral dan daerah estuarian itu seperti apa! Dan bisa mengatasi
penyebab pencemaran yang ada di laut tersebut. Selain itu juga bermanfaat untuk
bisa menamba wawasan bagi kita semua.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN METODOLOGI
2.1
Kajian
Teori
Daerah
yang terletak di antara daratan dan lautan yang masih dipengaruhi oleh air
pasang dikenal sebagai pantai laut (seashore). Pada beberapa tempat lereng
pantainya mempunyai bentuk landai dan disini terdapat jarak yang besar antara
tanda-tanda air panas tertinggi dan air panas terendah. Sedangkan ditempat lain
dimana lereng pantainya berbentuk curam, tanda-tanda air pasangnya akan
kelihatan saling berdekatan. Bahan-bahan dasar pembentuk pantai pun mungkin
akan bebeda-beda. Ada pantai yang terdiri dari batuan-batuan, lumpur, tanah
liat, pasir dan krikil atau campuran antara dua atau lebih dari tipe-tipe ini
secara bersama-sama. Pada daerah yang terdiri dari pasir atau krikil yang
bersih, mempunyai pengecualian, karena daerah pasang surutnya (intertidal)
dapat mendukung sejumlah besar dan berjenis-jenis organsm, walaupun tipe pantai
yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang baik untuk
bagi hewan atau tumbuhan yang dapat menempelkan diri pada lapiasan ini.
Penempelan oleh organism seperti ini dapat menciptakan problema-problema.
Kehidupan
didaerah pesisir bergantung juga pada air. Terdapat air yang merupakan campuran
air sungai dan air laut, yang merupakan daerah estruarin. Air tawar yang
berasal dari sungai mempunyai densitas lebih kecil dibandingkan dengan densitas
air laut cendeung mengambang dianatasnya. Di daerah ini juga terdapat fluktuasi
perubahan salinitasi yang brlangsung secara tetap yang behubungan dengan
gerakan air pasang.
Kehidupan
dilaut terdapat berbagai jenis terumbu karang yang membantu perkembang biakan
ikan. Pertumbuhan maksimum terumbu karang terjadi pada kedalam dari 10 meter
dan suhu 250c – 290c. Dibedakan empat tipe utama yaitu
atol-atol, fringing reefs, barrier reef, dan platform reefs.
2.2.1
Pengertian
Estuarian
Estuaria merupakan muara tempat bersatunya sungai
dengan laut yang dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas.
Factor abiotik yang penting adalah kadar garam(salinitas). Salinitas air
berubah secara bertahap mulai dari air tawar ke laut. Komunitas tumbuhan antara
lain; ganggang, fitoplankton dan diatom. Komunitas hewan antara lain; berbagai
cacing, kerang, kepiting, dan ikan serta beberapa invertebrate dan ikan.
Pestisida
dan obat-obatan yang digunakan dalam pertanian yang pada akhirnya bermuara pada
air laut, menimbulkan masalah serius diantaranya mengakibatkan kurangnya
oksigen dalam air yang dapat membunuh habitat biota laut dan ikan-ikan.Tumpahan
minyak pada musibah kapal tanker sangat mencemari lautan, disinyalir kejadian
ini menimbulkan pencemaran laut yang dahsyat terhadap eksostem laut. Juga
adanya polusi udara bertanggung jawab pada satu sepertiga kontaminasi racun dan
bahan-bahan yang dapat masuk ke dalam wilayah perairan pantai dan laut.
Timbal
(Pb) juga salah satu logam berat yang mempunyai daya toksitas yang tinggi
terhadap manusia karena dapat merusak perkembangan otak pada anak-anak,
menyebabkan penyumbatan sel-sel darah merah, anemia dan mempengaruhi anggota
tubuh lainnya. Pb dapat diakumulasi langsung dari air dan dari sedimen oleh
organisme laut. Dewasa ini pelepasan Pb ke atmosfir meningkat tajam akibat
pembakaran minyak dan gas bumi yang turut menyumbang pembuangan Pb ke atmosfir.
Selanjutnya Pb tersebut jatuh ke laut mengikuti air hujan. Dengan kejadian
tersebut maka banyak negara di dunia mengurangi tetraeil Pb pada minyak bumi
dan gas alam untuk mengurangi pencemaran Pb di atmosfir.
Biota laut
yang telah tercemar seperti ganggang yang telah beracun, cholera, tanaman laut
dan telah memasuki wilayah laut dan dapat menimbulkan ketidakseimbangan ekologi
laut.Membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi
lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran, atau putas juga dapat merusak terumbu karang.
2.2
Metodologi
2.2.1
Alat
dan Bahan
a.
Anemometer
b.
Termometer Infrared
c.
Roll Meter
d.
Tongkat kayu yang panjangnya 2,5 meter
e.
Alat tulis
f.
Kamera
g.
Stopwatch
2.2.2
Cara
Kerja
a.
Membuat jarak dari bibir pantai ke arah
pantai sepanjang 10 meter
b.
Menancpkan tongkat pada titik tersebut,
dan mengamati crest dan trough yang terekam pad tongkat kayu,
serta ukur crest dan trough.
c.
Meletakkan suatu gabus atau benda yang
dapat mengapung dan perhatikan gerak dari benda tersebut serta memberikan
penjelasan dari fenomenanya.
d.
Mengisi tabel pada lampiran dan
memberikan penjelasan hubungan angin dengan gelombang laut
e.
Menggambarkan arah dari gerakan
gelombang
f.
Membuat model gelombang laut yang
terlihat dan memberikan penjelasannya
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
a.
Pantai yang kami amati berpasir dan
masih banyak batu dan masih mengalami pasang surut
b.
Tingkat keasinan air laut tidak terlalu
asin
c.
Terdapat hewan pantai seperti siput
d.
Ciri-ciri hewan yang ada di pantai
bercangkang
e.
Tempat observasi di pantai Botutonuo dan
masyarakatnya sudah menggunakan air PAM
f.
Rasa air sumur biasa
g.
Kondisi air bersih
h.
Floranya: siput, kerang, planton, dan
ikan sedangkan Faunanya, rumput laut dan lumut
i.
Hewan-hewannya dapat beradaptasi
j.
Bentuk pencemaran yaitu banyak sampah
plastik
k.
Penanggulangan yaitu dengan melarang
warga agar tidak membuang sampah sembarangan
3.2
Pembahasan
Gambar 1.10 Pantai Botutonuo
Pada modul 4 ini
kami mencari apa-apa saja yang ada di pantai Botutonuo dengan koordinat tempat
N: 00o 26’ 50,8” dan E: 123o 07’ 34,0”. Disini kami
mencari tahu bagaimana keadaan pantai tersebut. Pantai yang kami amati masih
terjadi pasang surut hanya saja di pantai ini pasangnya terjadi sangat cepat.
Tingkat keasinan air laut di daerah ini rendah karena ada sumber air yang mengalir
langsung ke bibir pantai sehingga mempengaruhi salinitas dari air laut sendiri.
Pasang surut masih terjadi dan terdapat pasir yang masih basah serta air yang
semakin naik atau pasang seiring dengan tenggelamnya matahari.
Gambar
1.11 Kerang
Hewan yang
terdapat di pantai ini tidak begitu banyak hanya kerang dan siput saja dengan
ciri-ciri bercangkang, berkaki banyak, mempunyai cangkang untuk berlindung
dengan ukuran yang kecil.
Gambar
1.11 Wawancara Dengan Warga Sekitar
Setelah itu kami
melakukan wawancara sedikit dengan warga sekitar tentang kondisi air yang
masyarakat sekitar konsumsi. Disini kami wawancara dengan Bapak Ibrahim. Beliau
mengatakan bahwa kondisi air di tempat
tersebut baik-baik saja tidak mengandung rasa asin sedikit saja. Sebelumnya
mereka memakai air sumur, tapi karena lama-kelamaan air sumur tersebut tercemar
oleh karena itu mereka putuskan dengan menggunakan air PAM karena selain hemat
energi juga mudah untuk didapat.
Setelah selesai
wawancara kami melanjutkan penelitian atau mencari flora dan fauna yang ada di
pantai tersebut. Disini kami hanya menemukan flora: siput laut, kerang, ikan
sedangkan fauna: rumput laut, dan lumut. Hewan-hewan yang ada di pantai ini
sudah dapat beradaptasi dengan peristiwa pasang surut. Namun karena adanya
gangguan luar seperti adanya manusia menjadikan flora dan fauna ini rusak dan
mati.
Selain itu juga
kami melihat pantai tempat kami melakukan observasi sudah mulai tercemar yaitu
mulai daun-daun sampai botol minuman banyak berserakan di patai tersebut. Hal
itu disebabkan oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab dari pengunjung
pantai itu sendiri.
Sebaiknya untuk
menanggulangi masalah tersebut masyarakat sekitar bisa bekerja sama
membersihkan pantai tersebut atau memberi peringatan pada para pengunjung agar
tidak membuang sampah sembarangan dan masyarakat juga kiranya bisa menyediakan
tempat pembuangan sampah agar pengunjung bisa membuang sampah pada tempatnya.
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
4.5
Kesimpulan
Dari hasil
pembahasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tempat yang kami jadikan
sebagai Observasi hanya sedikit flora dan fauna yang ditemukan. Hal itu
disebabkan oleh manusia yang berkunjung di tempat itu sehingga menyebabkan
kematian pada flora dan fauna yang ada. Dan di pantai tersebut sudah tercemar
dengan adanya sampah-sampah yang berserakan yang disebabkan oleh para
pengunjung
4.6
Saran
Untuk praktikum yang selanjutnya agar kiranya memperbanyak wawancara
langsung dengan warga sekitar agar lebih tahu bagaimana keadaan tempat yang
kita jadikan observasi. Agar lebih tahu banyak lagi jangan wawancara hanya pada
satu orang saja minimal tiga atau lima agar kita bisa menarik kesimpulan yang
baik dan benar. Selain itu kita bisa mendekatkan diri pada masyarakat sekitar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar